13 April 2010

Detik-detik Rasulullah SAW menjelang sakratul maut

Posted by edkhumaedi 23:48, under | No comments

Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah
lewat kehidupan Rasul-Nya.
Pagi itu meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan
mengepakkan sayap. Pagi itu Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah
:"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan
Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua
hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an.
Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang
mencintaiku akan bersama-sama masuk surga bersama aku." Khutbah singkat itu
diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu
persatu.

Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan
napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya
dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita
semua," desah hati semua sahabat kala itu.
Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya didunia. Tanda-tanda itu
semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang
limbung saat turun dari mimbar. Saat itu,
seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau
bisa.
Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup.
Sedang di dalamnya,Rasulullah sedang terbaring lemah dengan
keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang
menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru
mengucapkan salam. "Bolehkah saya
masuk ? " tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,"Maafkanlah, ayahku sedang demam,"kata
Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka
mata dan bertanya pada Fatimah,
"Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya
ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.
Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang
menggetarkan.Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah,
dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara,
dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.
Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan
ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan
kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril
yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah
dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya
Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit
telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga
terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril.
Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih
penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku
bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan
khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku: "Kuharamkan surga bagi siapa saja,
kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata
Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.
Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa
sakit sakaratul maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin
dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga
kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu
itu.
"Siapakah yang tega,melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar
kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena
sakit yang tak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut
ini kepadaku, jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak
bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan
sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku,
peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat
saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali
mendekatkan telinganya kebibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii,
ummatii, ummatiii?"
......... Dan pupuslah kembang hidup manusia mulia itu .......
Kini, mampukah kita mencinta sepertinya?
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi

0 komentar:

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails